Kamis, 27 Februari 2025

1920 : Perihal Waktu

dirimu telah kembali
pada pangkauan waktu
yang telah membawamu padaku
membawa kisah 
dan bersemayam 
dalam relung hati

kutahu,
kau tak akan selamanya
dalam ruang waktu
yang kujalani
kau memiliki ruang waktu tersendiri

pudarnya ragamu di depanku
membawa pelik
yang tak berkesudahan

seribu kata penenang
tak dapat mengembalikan
dirimu padaku

jutaan detik yang akan kulalui
tak akan pernah sampai
dalam ruang waktumu

sebelum aku sampai padamu,
mungkin aku sudah berada dalam pemakamanku

jika Tuhan mengizinkan,
kau mungkin akan bertemu denganku
dalam ruang waktumu
dengan jiwaku yang bersemayam pada raga yang baru




by Adorasi Matrik
Bagian dari puisi "Ruang Waktu I"

Minggu, 23 Februari 2025

serdadu-serdadu membungkam 
keluh kesah dilayangkan

riuh manusia di jalan untuk bersuara
melayangkan protes atas hak-hak yang terenggut
tua, muda, tak mengenal usia
bersatu
bersuara

sampai kapan suaramu akan terbungkam?
atas ketidakadilan yang kau peroleh

sampai kapan?

nyawa ditubuh rasa melayang
raga boleh mati
tapi suaramu tak akan pernah mati terbungkam

teruslah bersuara dengan caramu
lewat kata, karya, dan segala hal yang membuatmu bersuara

suaramu akan terkenang
oleh setiap insan yang mendekap setiap jejak kenang


Selasa, 18 Februari 2025

Kala Bunga telah Layu

Kala senja menyapa
aku mencoba memberanikan diri untuk melawan rasa takutku
berdiam diri di depan sebuah cermin 
memandang lekat setiap inci tubuh

tak ada yang salah dengan tubuhku, itu yang terlihat dari cermin.

Namun, cobalah lihat mataku
tanyakan padanya atas apa yang terjadi dalam hidup
ia pasti takkan berbohong
juga tanyakan pada tubuh, sudah berapa lama ia tenggelam dalam daratan

Aku tertawa, menertawakan diri
yang tidak bisa lepas dari benang tak kasat mata yang telah memenjarakan tubuh
memperdayai pikiranku
suara-suara itu mengendalikanku

ribuan tangis takkan mengembalikkan banyaknya rasa takut dan hancur yang telah terlalui
waktu takkan bisa mengembalikan tubuhku
aku hanya bisa membisu
karena ketika aku bersuara, orang pasti mengatakan aku adalah manusia hina yang tak bisa menjaga diri

waktu memang telah berlalu
namun, bekas yang tertinggal tetap masih ada dalam diriku




by Adorasi Matrik
Selasa, 18 Februari 2025
Apapun masalahmu, terima kasih karena tetap bertahan.


Perihal Luka Perempuan

Apa yang kau pahami tentang perempuan?
Sejak ia kecil hingga jasadnya terkubur
kau tetap mencari kesalahannya
seolah hidup perempuan hanya sebatas bahan omong kosongmu

Seberapa jauh kau tahu tentang hidupnya?
Lewat ujaran negatifmu yang penuh luka
menusuk hati, hingga merusak hidup

Sampai kapan kau merasa puas?
Kala kehidupan sudah tidak lagi perempuan genggam
ataukah hasratmu yang harus Tuhan matikan?!
Entahlah, pelik memang hasrat seorang manusia ini

Setiap langkah, seperti ada ribuan pasang mata yang mengawasi
Perempuan hanya sedang melangkah, ia berjalan untuk hidupnya
bukan untuk mengusik hasratmu
Lantas, untuk apa kau terus mengawasi? 

Supaya dirimu selalu menang, begitu?




by Adorasi Matrik
Selasa, 18 Februari 2025
Perihal luka memang tidak bisa lepas dari kehidupan

Minggu, 16 Februari 2025

Perjumpaan

 Ia berdiri di sana, 

bersinar,

memancarkan pesonanya

Aku terpana; oleh layarnya yang megah

tak ayal kuterbayang, berjumpa kau kembali di ujung senja yang menyapa




by Adorasi Matrik
Sabtu, 13 April 2024

Mendekap Jarak

Aku nyata
dan kamu ada
kita adalah entitas semesta yang diciptakan untuk saling merindu

Adalah kita;
dua perindu yang saling merindukan
meski jarak terbentang dan temu hanyalah angan  semata

***
Sewindu sudah kumengabdi di tanah seberang
berpelana dari titik satu ke titik lain

Sewindu sudah kau meninggalkanku
dengan segala pelik yang terjadi pada kita

Meski ragamu telah membumi dan jasadmu telah berpadu dengan tanah

Izinkanku merindukanmu dengan segala kenangan yang kau tinggalkan untukku

Izinkanku terus melafalkan selarik sajak rindu yang kuciptakan untukmu

Izinkanku untuk terus mendekap jejak kenangmu

Izinkanku...

Izinkanku...

Izinkanku...

Terus mengabdikan setiap detik hidupku untukmu, sampai nanti ketika dunia tak dapat lagi aku genggam

***
Aku ingin merindukanmu sampai habis waktuku

Meski waktu menulikan telinga, menghapus jejak kenangmu, memperdayai diriku

Izinkan rindu ini bersemayam tanpa nama

Izinkanku...

Izinkanku...

Izinkanku...

Menggores tinta bercerita tentangmu dan segala kerinduanku





by Adorasi Matrik
20 November 2022

Sabtu, 15 Februari 2025

bebas

aku adalah air,
yang mengikuti arus
menerjang batuan sungai untuk bermuara

aku adalah angin,
yang berembus di udara
menerbangkan debu-debu kecil yang kulalui

aku ingin seperti awan,
yang bisa datang pergi, mencurahkan rasa dan menjadi dirinya

walau petir badai menghadang, awan akan bersatu paut
mencurahkan semua hal tabu yang tak pernah terdengar




by Adorasi Matrik
pukul 22.44 wib
9 September 2022

jiwaku terusik

Terbangun aku
di padang ilalang

Meratapi hal yang tak bermakna.

Semesta, kumenyerah atas apa yang terjadi;
atas apa yang mengikatku dalam relung jiwa,
jiwaku terikat, menggores kulit pucat pergelangan tangan

Mati, Cepatlah MATI!
Membunuh pikir
Hiduplah hati

Namun, apakah jiwaku akan tenang kembali?

Merangkai harap yang telah padam?



by Adorasi Matrik
5 September 2022

terjebak dimensinya

Senyumnya merekah
berdiam diri
dalam batas yang
tak berujung

Aku menyapa, lalu berkata, "wahai kamu yang fana, aku terjebak dalam dimensimu."

Hancur terombang-ambing
tak mengenal
jalan pulang

jalan tak lagi sama
namun senyumnya
terus mengiang
dalam pikir

Meluluhlantakkan layar
yang tak lagi berkibar



by Adorasi Matrik
5 September 2022 

ruang waktu I

ragamu perlahan hilang dalam mataku
kita berdampingan,
namun terasa seperti manusia dan bayangannya

aku tersenyum

di titik ini,
yang kumau hanya tetap berdiri diam
menikmati segala alur yang tidak akan terulang

kemarin,
dirimu hilang dalam kameraku

hari ini,
mungkin kau akan kembali pada ruang asalmu

dan detik ini,
kau masih tersenyum lebar
sembari tanganmu melukis diriku
seolah meyakinkanku bahwa hidup akan terus berjalan

ya, berjalan
aku di ruang waktu sekarang
dan kau berjalan di ruang waktu lima puluh tahun  setelah kematianku

Kamis, 13 Februari 2025

yang tak terucap

aku menemukanmu
di titik rendah kehidupan
saat itu, jiwaku hancur
hilang arah
langkahku terseok-seok
bernapas pun rasanya sudah mati

aku menemukanmu
di sebuah ruang batas yang kutakuti
awalnya,
kupikir yang kutemui hanya sebuah entitas
yang menjadi bagian dalam ruang

aku menemukanmu
di balut luka dan perih
mataku dan matamu bertemu
bercahaya dalam pengap

aku menemukanmu
saat dunia yang kupijak telah mati
dan hari esok sudah tidak ada arti

aku bebas,
ragaku melayang-layang dalam ruang
mencari tempat singgah
berlama-lama dalam waktu
ataukah, ini akhir untukku di dalam ruang?

Pulang

dalam dekapmu aku pulang dunia seolah kembali pada genggamanku dalam tatapmu aku pulang membawa rasa yang tak terucap dalam diammu aku pulan...